Selamat Jalan Bidadariku, Gapailah Cita-Citamu
Sudah lama sekali tidak menulis di blog ini. Hampir lupa kalau saya punya blog ini malah. Tapi tiba-tiba muncul dorongan kuat untuk menengoknya kembali dan menorehkan beberapa kata...
Kemarin saya dan istri mengantar Rizka pindahan ke Depok karena Rizka sudah akan menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa UI. Sejak beberapa hari sebelum itu perasaan saya sudah tidak menentu. Ada rasa kehilangan di sana. Saya tidak biasa ditinggalkan, karena biasanya saya yang sering pergi meninggalkan istri dan anak-anak.
Ternyata saya bukan bapak yang tegar.. :) Ditinggal anak perempuan untuk kuliah saja merasa mellow. Padahal Depok juga tidak jauh-jauh amat, padahal juga masih bisa sering bertemu.. :) Tapi rasa kehilangan memang tidak memilih korbannya. Semua memori tentang Rizka bergantian muncul di pikiranku. Saat dia balita, yang tidak mau lepas dari ibunya dan sering takut kepada orang asing. Saat dia pentas pertama kali di depan publik, begitu selesai pentas langsung meloncat memeluk bapaknya, seolah berkata,"Bapak, ternyata aku bisa...". Saat dia menikmati program-program student exchange ke Melbourne, Korea, Jepang, dll. Dan saya tidak akan pernah lupa saat dia mengutarakan keinginannya untuk bersekolah di luar negeri...
Rizka sayang...engkau sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan bapak. Sekarang engkau sudah mulai lepas, dan bapak tidak bisa menahanmu, nak. Bapak sadar, inilah jalanmu. Bapak cuma berharap, jadilah dirimu sendiri dan langkahkan kakimu dengan sebaik-baiknya...
Semoga Allah selalu menyertaimu dalam menggapai cita-citamu...
Kemarin saya dan istri mengantar Rizka pindahan ke Depok karena Rizka sudah akan menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa UI. Sejak beberapa hari sebelum itu perasaan saya sudah tidak menentu. Ada rasa kehilangan di sana. Saya tidak biasa ditinggalkan, karena biasanya saya yang sering pergi meninggalkan istri dan anak-anak.
Ternyata saya bukan bapak yang tegar.. :) Ditinggal anak perempuan untuk kuliah saja merasa mellow. Padahal Depok juga tidak jauh-jauh amat, padahal juga masih bisa sering bertemu.. :) Tapi rasa kehilangan memang tidak memilih korbannya. Semua memori tentang Rizka bergantian muncul di pikiranku. Saat dia balita, yang tidak mau lepas dari ibunya dan sering takut kepada orang asing. Saat dia pentas pertama kali di depan publik, begitu selesai pentas langsung meloncat memeluk bapaknya, seolah berkata,"Bapak, ternyata aku bisa...". Saat dia menikmati program-program student exchange ke Melbourne, Korea, Jepang, dll. Dan saya tidak akan pernah lupa saat dia mengutarakan keinginannya untuk bersekolah di luar negeri...
Rizka sayang...engkau sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan bapak. Sekarang engkau sudah mulai lepas, dan bapak tidak bisa menahanmu, nak. Bapak sadar, inilah jalanmu. Bapak cuma berharap, jadilah dirimu sendiri dan langkahkan kakimu dengan sebaik-baiknya...
Semoga Allah selalu menyertaimu dalam menggapai cita-citamu...